Tidak Dianjurkan Menjawab Iqamah?
Apakah kita dianjurkan menjawab iqamah sebagaimana menjawab adzan?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Sebagian ulama hanafiyah berpendapat bahwa disyariatkannya menjawab, hanya berlaku untuk adzan dan bukan iqamah. Dan diantara ulama kontemporer yang berpendapat demikian adalah Imam Ibnu Utsaimin.
Mereka mengatakan, adzan sangat berbeda dengan iqamah. Sehingga aturan yang berlaku dalam adzan, tidak berlaku dalam iqamah.
Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
المتابعة في الإقامة فيها حديث أخرجه أبو داود ، لكنه ضعيف لا تقوم به الحجة ، والراجح : أنه لا يُتابع
Menjawab iqamah, didukung hadis riwayat Abu Daud, namun dhaif, tidak bisa dijadikan hujjah. Dan yang benar, tidak dijawab. (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 12/no. 129)
Sementara itu, Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum iqamah sama dengan hukum adzan. Karena itu, kita dianjurkan menjawab iqamah sebagaimana kita dianjurkan menjawab adzan. Ini merupakan pendapat Syafiiyah, Hambali, dan Mayoritas Hanafiyah. Dan ini pendapat yang dinilai lebih kuat oleh beberapa ulama kontemporer, seperti Lajnah Daimah, Imam Ibnu Baz dan Imam al-Albani.
Berikut keterangan mereka,
[1] Dalam ensiklopedi Fiqh dinyatakan,
وكذلك بالنّسبة للمقيم فقد صرّح الحنفيّة والشّافعيّة والحنابلة أن يستحبّ أن يقول في الإقامة: مثل ما يقول في الأذان
Demikian pula bagi orang yang iqamah. Hanafiyah, Syafiiyah dan Hambali menegaskan dianjurkan untuk menjawab iqamah sebagaimana dianjurkan menjawab adzan. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 18/250).
[2] Keterangan madzhab Hanafiyah
Dalam ar-Durrul Mukhtar (Hasyiyah Ibnu Abidin),
ويجيب الإقامة ندباً ، إجماعاً كالأذان ، ويقول عند : ” قد قامت الصلاة ” : أقامها الله وأدامها ، وقيل : لا يجيبها ، وبه جزم الشُّمُنِّي
Dianjurkan untuk menjawab iqamah sebagaimana adzan berdasarkan ijma’ (hanafiyah). Dan ketika mudzin mengucapkan ‘Qad qaamat as-Shalah’, dianjurkan untuk dijawab, ‘Aqaamahallah wa adaamahaa.’ Ada juga yang mengatakan, tidak dianjurkan untuk dijawab. Sebagaimana yang ditegaskan as-Syumunni. (Hasyiyah Ibnu Abidin, 1/431).
[3] Keterangan as-Syafiiyah,
As-Syirazi dalam al-Muhadzab menyatakan,
ويستحب لمن سمع الإقامة أن يقول مثل ما يقول
Dianjurkan bagi yang mendengar iqamah untuk mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin.
An-Nawawi mengomentari,
واتفق أصحابنا علي استحباب متابعته في الإقامة كما قال المصنف ، إلا الوجه الشاذ الذي قدمناه عن ” البسيط “
Ulama madzhab kami (syafiiyah) sepakat, dianjurkan menjawab iqamah sebagaimana yang ditegaskan penulis (as-Syirazi). Selain selain satu pendapat syafiiyah yang aneh sendiri, seperti yang kami sebutkan dari al-Basith. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab 3/122)
[4] Keterangan madzhab Hambali
Ibnu Qudamah mengatakan,
ويستحب أن يقول في الإقامة مثل ما يقول
Dianjurkan untuk menjawab iqamah seperti yang dilantunkan muadzin. (al-Mughni, 1/474).
[5] Keterangan Lajnah Daimah,
السنَّة أن المستمع للإقامة يقول كما يقول المقيم ؛ لأنها أذان ثان ، فتجاب كما يجاب الأذان
Yang sesuai sunah, orang yang mendengarkan iqamah untuk mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin. Karena iqamah adalah adzan kedua, sehingga dia dijawab sebagaimana adzan.
Diantara dalil jumhur ulama, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut iqamah dengan adzan. Seperti sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ
“Di semua antara dua adzan ada shalat sunah.” (Muttafaq alaih)
Makna dua adzan pada hadis di atas adalah adzan dan iqamah. Sehingga status iqamah sama dengan adzan.
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/32098-tidak-dianjurkan-menjawab-iqamah.html